BNPB Catat Karhutla Meluas di Tiga Provinsi dan Gempa Halmahera Barat, Masyarakat Diimbau Tetap Waspada

kebakaran hutan
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih mendominasi bencana yang terjadi di wilayah Indonesia/Dok. BNPB.

Faktariau.id, NASIONAL — Memasuki awal pekan di bulan Juli, Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan sejumlah kejadian bencana yang terjadi hingga Sabtu (26/7/2025) pukul 07.00 WIB. Berdasarkan laporan tersebut, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi bencana dominan di berbagai wilayah Indonesia, disusul dengan kejadian gempa bumi.

Peristiwa karhutla pertama terjadi di Desa Solog, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, pada Kamis (24/7/2025) pukul 19.15 WITA. Kebakaran diduga dipicu oleh aktivitas pembukaan lahan dengan cara dibakar oleh warga, ditambah tiupan angin kencang yang memperparah penyebaran api. Akibatnya, satu hektare lahan hangus terbakar. BPBD bersama tim gabungan telah berhasil memadamkan api pada Jumat (25/7/2025).

Sementara itu, kejadian karhutla juga dilaporkan dari Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara. Per Jumat (24/7/2025), luas lahan terbakar mencapai 530 hektare. Titik api teridentifikasi berada di Kecamatan Panai Hilir dan Panai Tengah. Tim gabungan telah melakukan pemadaman dan kondisi di wilayah tersebut kini dinyatakan terkendali.

Situasi serupa juga terjadi di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Karhutla melanda empat kecamatan dengan total luas lahan terbakar mencapai 550 hektare. Upaya pemadaman dilakukan secara intensif oleh BPBD Padang Lawas, Manggala Agni, Dinas Lingkungan Hidup, TNI-Polri, perangkat desa, dan masyarakat. Namun, hingga kini, titik api masih terlihat aktif di Desa Marenu, Kecamatan Aek Nabara Barumun, serta Desa Limbong, Kecamatan Barumun Baru.

Di luar bencana karhutla, BNPB juga mencatat gempa bumi berkekuatan M6.0 yang mengguncang wilayah Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, pada Sabtu (26/7/2025) pukul 04.30 WIB. Gempa terjadi di laut, berjarak 104 Km barat daya Pulau Doi, dengan kedalaman 58 km, dan tidak berpotensi tsunami.

Gempa dirasakan selama sekitar 60 detik. BPBD Halmahera Barat bersama BPBD Provinsi Maluku Utara segera melakukan monitoring dan kaji cepat guna mendeteksi potensi kerusakan dan kebutuhan penanganan lebih lanjut.

Terkait rangkaian kejadian tersebut, BNPB mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan, khususnya selama musim kemarau. Langkah pencegahan terhadap kebakaran hutan dan lahan menjadi sangat penting guna mencegah meluasnya titik panas menjadi titik api.

“Diharapkan upaya pencegahan dilakukan secara optimal agar titik panas tidak berkembang menjadi kebakaran hutan dan lahan yang membahayakan,” tegas BNPB.

Karhutla dan gempa bumi menjadi dua jenis bencana yang perlu mendapat perhatian serius dari masyarakat dan pemangku kepentingan di daerah. Kolaborasi antarinstansi menjadi kunci dalam menekan risiko bencana di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *