FAKTA GROUP – Mentari Jakarta beranjak condong ke barat, sinarnya tak lagi menyengat. Di perempatan jalan, di bawah naungan pohon rindang, sekelompok orang dengan senyum merekah menyambut para pengguna jalan. Bukan takjil biasa yang mereka bagikan, melainkan “Takjil Kerukunan,” simbol harmoni antarumat beragama di bulan Ramadan.
Para pembagi takjil ini adalah ASN Kementerian Agama (Kemenag) yang sehari-hari bertugas di Pusat Bimbingan dan Pendidikan (Pusbimdik) Konghucu. Bersama perwakilan umat Konghucu yang tergabung dalam Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) DKI Jakarta, mereka bahu-membahu menyiapkan 350 paket takjil bagi pengemudi ojek daring, sopir taksi, dan pengemudi TransJakarta yang lalu lalang di sepanjang Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
“Takjil kerukunan ini menjadi simbol kemajemukan dan harmoni di bulan Ramadan. Semoga ini dapat menjadi pengikat kami dengan sahabat-sahabat muslim,” tutur Kepala Pusbimdik Konghucu Susari yang juga turut serta membagikan takjil, Kamis (6/3/2025).
“Ini sesuai juga dengan tagline yang dibuat oleh Kemenag, Ramadan Menyenangkan dan Menenangkan. Sungguh menyenangkan dapat berbagi sore ini,” sambungnya.
“Takjil Kerukunan” bukan sekadar pembagian makanan. Ia adalah wujud nyata dari semangat toleransi yang telah lama menjadi identitas bangsa Indonesia. Di tengah kesibukan kota yang tak pernah berhenti, kegiatan ini menjadi oase yang menyejukkan, pengingat bahwa di balik perbedaan, ada kesamaan yang lebih besar: kemanusiaan.
M. Adib Abdushomad, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama, menuturkan bahwa kegiatan ini adalah refleksi dari pentingnya merawat kerukunan. “Kita buktikan bahwa di suasana puasa Ramadan ini, sesuai dengan arahan pimpinan, jadikan puasa Ramadan ini yang menyenangkan dan menenangkan,” katanya.
Para penerima takjil pun tak dapat menyembunyikan rasa haru dan terima kasih mereka. “Ini sangat membantu kami yang seharian bekerja di jalan,” ujar seorang pengemudi.
Di balik kesederhanaan “Takjil Kerukunan,” tersembunyi pesan mendalam tentang indahnya kemajemukan. Ia adalah simfoni yang merdu, di mana perbedaan keyakinan berpadu dalam harmoni kebersamaan.
Saat azan magrib berkumandang, para relawan dan penerima takjil berbuka puasa bersama. Di bawah langit senja Jakarta, “Takjil Kerukunan” menjadi saksi bisu tentang indahnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.