Harga Emas Melemah: Analisa Dampak Obligasi AS dan Profit Taking di Pasar Global

Harga Emas Melemah/(ilustrasi/@pixabay)
Harga Emas Melemah/(ilustrasi/@pixabay)

JAKARTA, FAKTANASIONAL.NET – Pergerakan harga emas selalu menjadi sorotan di pasar global, terutama ketika terjadi fluktuasi signifikan.

Pada perdagangan Kamis, 6 Maret 2025, harga emas mengalami penurunan akibat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan aksi ambil untung (profit taking) oleh para investor.

Perubahan ini terjadi setelah tiga sesi perdagangan sebelumnya yang menunjukkan tren kenaikan. Saat ini, pasar juga tengah menantikan data ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan rilis pada Jumat, 7 Maret 2025.

Penurunan harga emas spot tercatat mencapai 0,1% hingga US$ 2.915,83 per ons, sedangkan kontrak berjangka emas AS hampir tetap di level US$ 2.926,6 per ons.

Dinamika ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar emas terhadap faktor-faktor eksternal seperti kebijakan moneter dan data ekonomi dari AS.

Para analis pasar menyatakan bahwa kenaikan imbal hasil obligasi memberikan sinyal bahwa investor mungkin akan lebih memilih instrumen dengan pendapatan tetap, sehingga mengurangi minat investasi di emas sebagai safe haven.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS berimbas langsung pada penurunan harga emas. Hal ini disebabkan oleh daya tarik investasi obligasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dalam situasi ekonomi tertentu.

Ketika yield naik, nilai investasi di emas yang tidak memberikan bunga menjadi relatif kurang menarik bagi para investor. Kondisi ini mendorong sebagian investor untuk beralih ke obligasi, yang dianggap memberikan keuntungan yang lebih stabil.

Selain faktor yield, aksi ambil untung juga berperan penting dalam penurunan harga emas. Banyak investor memilih untuk merealisasikan keuntungan yang telah didapatkan dari kenaikan harga emas pada sesi-sesi perdagangan sebelumnya.

Strategi profit taking ini menyebabkan adanya tekanan jual yang meningkatkan penurunan harga. Di tengah antisipasi data ketenagakerjaan AS, volatilitas pasar pun semakin meningkat karena investor cenderung berhati-hati dalam menentukan langkah selanjutnya.[dit]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *